WAWASAN MULTIKULTURAL
LOKAL, NASIONAL, DAN UNIVERSAL
PENDIDIKAN MULTIKULTURAL
Dosen
: Dr. H. Suhardi Marli, M.Pd
Disusun oleh :
Aryandi (F1082131051)
Hesti
Hendriana (F1082151044)
Kalista
Gunesa (F1082151034)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN PENDIDIKAN DASAR
FAKULTAS ILMU KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pendidikan
Multikultural di berbagai negara memiliki karakteristik yang berbeda-beda
sesuai dengan sejarah, unsur-unsur kebudayaan yang dimiliki dan visi dalam
memandang tentang multikultural. Sekarang kita akan mencoba mengenali
karakteristik Pendidikan Multikultural di berbagai negara. Mengapa? Karena tiap
negara memiliki kekhasan dalam memahami fenomena multikultural. Dengan
mengenali fenomena kekhasan multikultural itu, nantinya bisa kita gunakan untuk
menelaah fenomena yang terjadi di tanah air.
Sejak Perang
Dunia II, beberapa kelompok imigran telah tinggal di Inggris dan di negara
Eropa daratan seperti Perancis, Belanda, Jerman, Swedia dan Swiss. Beberapa
imigran ini seperti orang Asia dan India Barat dan Afrika Utara dan Indocina di
Perancis telah berdatangan dari daerah koloni sebelumnya. Beberapa imigran
Eropa Selatan dan Timur telah tinggal di negara-negara Eropa Barat dan Utara
dalam usaha menaikkan taraf hidup, menghindari perang, persoalan poitik atau
sebab yang lain. Kelompok seperti orang Italia, Yunani dan Turki telah
berimigrasi ke negara di Eropa Utara dan Barat dalam jumlah besar. Populasi
etnis dan imigran telah meningkat secara signifikan di Australia dan Kanada
sejak Perang Dunia II.
Sebagian
besar kelompok imigran dan etnis di Eropa, Australia dan Kanada menghadapi
masalah yang sama dengan yang dialami oleh kelompok etnis di AS. Kelompok
seperti orang Jamaika di Inggris, orang Algeria di Perancis dan suku Aborigin
di Australia. Itulah karakteristik Pendidikan Multikultural di berbagai negara
untuk menunjukkan bahwa persoalan multikultural di setiap negara itu ada yang
bersiat unik dan perlu penanganan yang unik pula, di samping hal-hal umum yang
berlaku pada semua negara.
B.
Rumusan Masalah
1.
Seperti
apakah wawasan budaya bangsa Indonesia?
2.
Apa yang dimaksud dengan wawasan multikultural lokal?
3.
Apa yang dimaksud dengan wawasan multikultural nasional?
4.
Apa yang dimaksud dengan wawasan multicultural global?
C.
Tujuan
1.
Memahami wawasan budaya bangsa Indnesia.
2.
Mengetahui apa itu wawasan
multikultural lokal.
3.
Mengetahui apa itu wawasan
multikultural nasional.
4.
Mengetahui apa itu wawasan
multikultural global.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Wawasan
Multikultural Bangsa Indonesia
Indonesia dapat dikatakan sebagai Negara multikultur mengingat
Negara ini memiliki dari lebih
dari 13.000 pulau, yang terbentang lebih dari
5.000 kilo meter, melintasi 3 zona waktu (yaitu WIB,WITA,dan WIT), serta
memiliki lebih dari 200 kelompok etnis yang tersebar di seluruh penjuru negeri. Kesatuan bangsa Indonesia tidak
bersifat alami melainkan historis, artinya Bangsa Indonesia bersatu bukan
karena dibersatukan oleh bahasa ibu atau oleh kesatuan suku, budaya ataupun
agama yang sama. Yang mempersatukan masyarakat di Indonesia adalah sejarah yang
dialami bersama, sebuah sejarah penderitaan, penindasan, perjuangan kemerdekaan
dan tekad pembangunan kehidupan bersama. Dari “nasib” bersama itu tumbuh hasrat
untuk tetap bersama. Persatuan Indonesia tidak bersifat etnik melainkan
etis(perilaku yang disepakati secara umum)
Negara kebangsaan memiliki unsur-unsur penting sebagai pengikat,
yaitu unsur psikologi. sekelompok manusia yg memiliki kesadaran bersama untuk
membentuk satu kesatuan masyarakat/adanya kehendak untuk hidup bersama, dan persamaan
Kebudayaan sehingga seorang individu merasa menjadi bagian dari suatu
kebudayaan, teritorial, sejarah dan masa depan dan politik (memiliki hak
untuk untuk menjalankan pemerintahan sendiri) yang sama. Indonesia
sejatinya adalah bangsa dan negara besar: negara kepulauan terbesar di dunia,
jumlah umat muslim terbesar di dunia, bangsa multi etnik dan bahasa namun
bersatu, memiliki warisan sejarah yang menakjubkan dan kreatifitas anak negeri
seperti batik, aneka makanan dan kerajinan yang eksotik, kekayaan serta
keindahan alam yang luar biasa. Indonesia
memiliki modal atau kekuatan yang memadai untuk menjadi bangsa besar dan negara
yang kuat. Modal itu antara lain: luas wilayah, jumlah penduduk, kekayaan alam,
kekayaan budaya, kesatuan bahasa, ketaatan pada ajaran agama, dan sistem
pemerintahan republik yang demokratis. Kekayaan bangsa ini merupakan
anugrah dari Tuhan yang harus disyukuri, dan masyarakat Indonesia harus bersatu
di bawah semboyan Bhineka Tunggal Ika jangan sampai terpecah belah karena
perbedaan yang begitu indah ini.
2.
Indentifikasi Budaya Lokal
Identifikasi budaya lokal merupakan
identifikasi budaya yang bersifat langsung, dekat dan secara fisik ada di sekelilingnya. Budaya
ini biasanya dikenalkan oleh keuarga dan kerabat dekat. Biasanya berwujud perilaku pembudayaan. Perilaku
sebenarnya ditentukan oleh pembiasaan dan
pembudayaan yang ada dan berlaku pada lokal tertentu. Disadari atau tidak
kita dibesarkan dengan menggunakan budaya lokal yang ada di sekitar kita.
Seorang anak yang memiliki
identifikasi budaya lokal tertentu tidak lepas dari lingkungan yang langsung,
dekat dan paling mempengaruhi dirinya. Lingkungan tersebut adalah:
a.
Lingkungan
fisik
Lingkungan fisik tertentu dapat
membentuk budaya lokal tertentu. Suatu masyarakat yang berada di daerah yang
banyak dikelilingi sungai dan karena seringnya air sungai meninggi membentuk
budaya berupa rumah yang lantai rumahnya lebih tinggi dari permukaan tanah.
Misalnya rumah Palimasan Joglo, Sungai Jingah Kalimantan Selatan.
Karena lingkungan fisik di daerah
Kalimantan Selatan sangat kaya dengan jenis-jenis kayu maka berbagai kebutuhan
sehari-hari dibuat dengan menggunakan jenis kayu seperti: Palimasan Kandangrasi
desa Kuin Utara Kalimantan Selatan.
b.
Lingkungan
sosial
Selain lingkungan fisik, lingkungan
sosial sangat mempengaruhi sikap dan berperilaku seseorang. Orang yang
dibesarkan dalam lingkungan komunitas Naudlatul Ulama (NU) akan bersikap dan
berperilaku sesuai dengan tradisi warga nahdliyin (warga NU) yang berbeda
dengan warga Muhammadiyah sekalipun
keduanya berada di lingkungan fisik yang sama. Kegiatan selamatan, tahlil
menjadi ciri khas kelompok NU ini akan diikuti dan dilaksanakan oleh lingkungan
sosialnya.
c.
Lingkungan
metafisik
Lingkungan metafisik ini tidak dibatasi oleh
lingkungan fisik dalam arti mesti tinggal di daerah itu. Lingkungan metafisik
memang mewarnai budaya yang ada di lingkungan fisik di lokal tertentu, tetapi
selain itu juga dapat mengenai orang-orang yang “merasa memiliki” (sense of
belonging) budaya itu. Biasanya mereka yang merasa memiliki itu dulunya berasal
dari daerah itu dan sudah pindah tempat tinggal dari daerah itu, atau keturunan
dari warga daerah itu. Pada prinsipnya orang yang termasuk dalam lingkungan
metafisik ini adalah orang yang mengikatkan diri dengan tradisi budaya dan
nilai-nilai tertentu.
3.
Identifikasi Budaya Nasional
Sebagai warga Pancasilais dan
tinggal bersama dalam wadah negara memerlukan ide yang dapat mempersatukan
berbagai identitas budaya lokal itu dalam bentuk identitas budaya nasional. Ada
dua ide yang perlu dimiliki setiap warga negara Indonesia yaitu persatuan dalam
perbedaan (wawasan kebangsaan/nasional) dan perbedaan dalam persatuan (Bhinneka
Tunggal Ika).
Kita memiliki simbol identifikasi
budaya nasional antara lain seperti: batik, keris, candi borobudur, Bali dengan
segala atribut yang menyertainya. Identifikasi budaya nasional ini berasal dari
identifikasi budaya lokal yang sudah banyak dikenal secara nasional bahkan
internasional. Identitas budaya nasional ini sudah dijadikan simbol kenegaraan
dan menjadi ciri khas Indonesia. Dengan mengenal identitas budaya ini seluruh
dunia akan tahu bahwa budaya ini adalah ciri khas budaya Indonesia.
4.
Indentifikasi Budaya Nasional
Perkembangan identifikasi global
memberi kesempatan pada pelajar untuk melihat bagaimana sebagai bangsa kita
menyesuaikan diri dengan masyarakat dunia. Yang memungkinkan pelajar memahami
lebih baik bahwa tindakan suatu negara tidak hanya harus dilihat kaitannya
dengan pengaruhnya pada negara ini namun juga apa pengaruhnya pada dunia
keseluruhan. Siswa yang telah mengembangkan identitas nasional dan etnis yang
kuat seharusnya memiliki perspektif untuk mengembangkan juga identifikasi
global yang membuat mereka menjadi warga masyarakat dunia yang lebih baik. Pada
saat ini penting untuk menyadari bahwa identifikasi yang dibahas di atas
bersifat hierarkhis. Dengan kata lain, kurikulum dan kebutuhan belajar yang
berproses dengan mengenalkan identitas budaya lokal, kemudian nasional dan
akhirnya global atau universal. Perkembangan yang belakangan tergantung pada
perkembangan sebelumnya.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pendidikan
Multikultural sebagai kesadaran merupakan suatu pendekatan yang didasarkan pada
keyakinan bahwa budaya merupakan salah satu kekuatan yang dapat menjelaskan
perilaku manusia. Budaya juga dapat menjadi simbol dalam suatu lokal tersebut.
Meskipun beraneka macam budaya yang tinggal bersama dalam negara kita yaitu
Indonesia, tetapi warga negara Indonesia berada dalam persatuan dalam perbedaan
(wawasan kebangsaan/nasional) dan perbedaan dalam persatuan (Bhinneka Tunggal
Ika).
B.
Saran
Oleh karena
berbagai macam karakteristik multikultural di berbagai negara, kita perlu
meneliti kekuatan yang tersimpan di dalam budaya masing-masing kelompok manusia
agar dapat dimanfaatkan bagi kebaikan bersama. Pendidikan multikultural
dipersepsikan sebagai suatu jembatan untuk mencapai kehidupan bersama dari umat
manusia di dalam era globalisasi yang penuh tantangan baru. Pertemuan
antarbudaya bisa berpotensi memberikan manfaat tetapi sekaligus menimbulkan
salah paham. Ituah rasional yang menunjukkan pentingnya keberadaan Pendidikan
Multikultural
Tidak ada komentar:
Posting Komentar